Great Ocean Road mungkin adalah jalan paling istimewa di negara bagian Victoria, Australia. Jajaran karang setinggi 45 m bernama Twelve Apostles berdiri di lepas pantai Taman Nasional Port Campbell dan sering menjadi titik perhentian terakhir dari perjalanan melintasi Great Ocean Road yang menghubungkan antara Torquay dan Warnambool sepanjang 243 km.
Bagi saya, hal yang paling menarik dari Great Ocean Road adalah bagaimana saya merasa seperti mengalami empat musim dalam satu kali perjalanan. Cuaca Victoria yang suka berubah-ubah seenaknya makin menambah kesan saya.
Batu-batu yang disebut 12 Apostles di Great Ocean Road, Australia. Foto: Olenka Priyadarsani
Bersama seorang teman, saya berangkat pagi-pagi menggunakan mobil. Dari pusat kota Melbourne, tempat saya tinggal saat itu, kami menuju ke arah Geelong di tenggara. Dari Geelong, kami menuju ke Torquay, sebuah kota kecil yang secara resmi menjadi awal dari Great Ocean Road. Selain mulus, jalan ini juga menawarkan pemandangan yang luar biasa indah.
Di Torquay, kami menikmati indahnya pantai biru, yang merupakan pemandangan jamak ketika melintasi jalan ini. Jalan pinggir pantai antara Torquay, Lorne hingga Apollo Bay menyajikan keindahan luar biasa. Apollo Bay merupakan sebuah kota kecil yang terletak di sebuah teluk. Tempat ini kini menjadi salah satu tujuan wisata, walau mungkin masih kalah dengan kota tetangganya, Lorne.
Di Apollo Bay, kami berhenti sejenak untuk melepas lelah dan menikmati santap siang. Saat itu adalah bulan Februari, masih musim panas di Australia. Matahari bersinar terik dan saya melihat banyak orang berselancar. Ada juga jajaran toko yang menjual peralatan selancar serta menyediakan kursus.
Perjalanan dilanjutkan, dan kali ini jalanan tidak melintasi pinggir pantai. Justru bagian ini yang membuat saya sangat terkesan. Teriknya matahari hilang digantikan oleh mendung yang menggelayut, saat itu kami tengah melewati hutan hujan dengan berbagai macam tumbuhannya. Langit tertutup rimbunnya dedaunan dari pohon-pohon besar di sisi kanan dan kiri jalan.
Bila Anda ingin lebih banyak mengeksplorasi alam di Australia, di Cape Otways, tidak jauh dari Apollo Bay Anda dapat bergabung untuk melakukan bushwalking — berjalan melintas hutan.
Hujan lebat mengguyur sehingga kami harus menghentikan mobil sejenak di pinggir hutan. Cuaca yang tadinya panas disiram air hujan, menggugurkan dedaunan pohon. Seperti musim gugur yang datang terlalu cepat.
Aktivitas bushwalking di sepanjang Great Ocean Road, Australia. Foto: Olenka Priyadarsani
Karena guyuran hujan hanya sebentar, ketika kami melintasi padang-padang rumput, tinggal titik gerimis yang menyapa. Bau tanah basah dan rerumputan menciptakan suasana yang mirip dengan musim semi. Kami berhenti sebentar untuk melihat sapi-sapi yang dibiarkan begitu saja di padang rumput yang luas. Pemandangan ini tentu sulit didapati di Indonesia yang sebagian besar hewan ternaknya dibiarkan di dalam kandang dan hanya digembalakan sesekali saja.
Setelah melalui Princetown, kami kembali menyusuri pantai hingga tiba di tujuan utama, yaitu Twelve Apostles di Taman Nasional Port Campbell.
Bagi saya, hal yang paling menarik dari Great Ocean Road adalah bagaimana saya merasa seperti mengalami empat musim dalam satu kali perjalanan. Cuaca Victoria yang suka berubah-ubah seenaknya makin menambah kesan saya.
Batu-batu yang disebut 12 Apostles di Great Ocean Road, Australia. Foto: Olenka Priyadarsani
Bersama seorang teman, saya berangkat pagi-pagi menggunakan mobil. Dari pusat kota Melbourne, tempat saya tinggal saat itu, kami menuju ke arah Geelong di tenggara. Dari Geelong, kami menuju ke Torquay, sebuah kota kecil yang secara resmi menjadi awal dari Great Ocean Road. Selain mulus, jalan ini juga menawarkan pemandangan yang luar biasa indah.
Di Torquay, kami menikmati indahnya pantai biru, yang merupakan pemandangan jamak ketika melintasi jalan ini. Jalan pinggir pantai antara Torquay, Lorne hingga Apollo Bay menyajikan keindahan luar biasa. Apollo Bay merupakan sebuah kota kecil yang terletak di sebuah teluk. Tempat ini kini menjadi salah satu tujuan wisata, walau mungkin masih kalah dengan kota tetangganya, Lorne.
Di Apollo Bay, kami berhenti sejenak untuk melepas lelah dan menikmati santap siang. Saat itu adalah bulan Februari, masih musim panas di Australia. Matahari bersinar terik dan saya melihat banyak orang berselancar. Ada juga jajaran toko yang menjual peralatan selancar serta menyediakan kursus.
Perjalanan dilanjutkan, dan kali ini jalanan tidak melintasi pinggir pantai. Justru bagian ini yang membuat saya sangat terkesan. Teriknya matahari hilang digantikan oleh mendung yang menggelayut, saat itu kami tengah melewati hutan hujan dengan berbagai macam tumbuhannya. Langit tertutup rimbunnya dedaunan dari pohon-pohon besar di sisi kanan dan kiri jalan.
Bila Anda ingin lebih banyak mengeksplorasi alam di Australia, di Cape Otways, tidak jauh dari Apollo Bay Anda dapat bergabung untuk melakukan bushwalking — berjalan melintas hutan.
Hujan lebat mengguyur sehingga kami harus menghentikan mobil sejenak di pinggir hutan. Cuaca yang tadinya panas disiram air hujan, menggugurkan dedaunan pohon. Seperti musim gugur yang datang terlalu cepat.
Aktivitas bushwalking di sepanjang Great Ocean Road, Australia. Foto: Olenka Priyadarsani
Karena guyuran hujan hanya sebentar, ketika kami melintasi padang-padang rumput, tinggal titik gerimis yang menyapa. Bau tanah basah dan rerumputan menciptakan suasana yang mirip dengan musim semi. Kami berhenti sebentar untuk melihat sapi-sapi yang dibiarkan begitu saja di padang rumput yang luas. Pemandangan ini tentu sulit didapati di Indonesia yang sebagian besar hewan ternaknya dibiarkan di dalam kandang dan hanya digembalakan sesekali saja.
Setelah melalui Princetown, kami kembali menyusuri pantai hingga tiba di tujuan utama, yaitu Twelve Apostles di Taman Nasional Port Campbell.
Twelve Apostles
Karang tinggi yang terbuat dari batu kapur berjajar membentuk formasi yang luar biasa indah. Walaupun disebut Twelve Apostles – atau 12 rasul – sebenarnya jumlah karang yang masih berdiri saat ini hanya delapan. Twelve Apostles merupakan pemandangan alam di Australia yang paling sering difoto. Karang-karang ini terbentuk dari erosi hantaman ombak samudera. Awalnya karang besar tergerus sedikit-sedikit membentuk gua dan tebing yang lama-kelamaan terkikis hingga membentuk pilar-pilar kapur yang sangat tinggi hingga mencapai 45 m.Akibat hantaman air laut yang keras, beberapa pilar runtuh. Namun akibat erosi yang kuat, ada kemungkinan tebing-tebing yang menghadap ke samudera akan membentuk pilar-pilar baru di masa datang.
Waktu yang terbaik melintasi Great Ocean Road
Musim semi pada bulan Agustus-Oktober mungkin merupakan saat yang paling tepat untuk berkunjung ke Australia di bagian selatan, termasuk melintasi Great Ocean Road. Iklim di sini adalah subtropis. Pada musim dingin, walau suhu relatif tidak terlalu dingin (hanya mencapai sekitar 4 derajat Celcius), angin dari arah kutub akan merasuk hingga ke tulang.Sementara itu pada musim panas di Victoria, suhu dapat mencapai lebih dari 40 derajat Celcius di siang hari. Anda mungkin akan merasa tidak nyaman dengan suhu yang terlalu tinggi. Di musim semi, selain suhu udara yang sesuai, panorama sekitar akan lebih indah. Anda akan dapat melihat rumput-rumput yang mulai menghijau di perjalanan.
Jarak tempuh antara Melbourne hingga Twelve Apostles yang sering menjadi perhentian terakhir cukup lama, hingga mencapai 5 jam perjalanan. Ada baiknya Anda menginap paling tidak semalam demi kenyamanan menikmati panorama Victoria di Australia. Mari berlibur ke Negeri Kanguru!
Oleh Olenka Priyadarsani
0 comments:
Post a Comment