
Kenapa harus selalu ada kata yang tidak bisa disaring menjadi tutur yang lebih halus dan enak di dengar????kenapa selalu saja menyamakan antara nafsu dengan pengorbanan.???harus kah ada terhina baru semua menjadi puas????haruskan ada bentakkan untuk merasa terlampiaskan???atau justru harus ada yang mati hingga semua kembali normal????memang selama ini Q hanya bisa merepotkan, selama ini Q hanya meminta, dan terus meminta.jika semua karena Q salah, Q akan terima Q salah. asalkan ada orang yang bilang dengan cara yang lebih halus, cara yang bukan dikatakan seorang sopir atau preman di pasar.Q masih bisa mengerti arti kata "tidak", Q juga mengerti jika kata "jangan" dengan tutur yang halus, yang seperti seorang saudara berkata kepada saudara nya...